Bersamamu Kembali di Surga


Asma Binti Abu Bakar menatap Zubair Bin Awwam sang kekasih, lelaki surganya yang ia cintai dan kagumi dari lah masa sepermainan kanak2 dulu. Namun wajah tanpa senyum itu begitu kaku.
"Mulai hari ini kita berpisah. Aku menceraikanmu..". Ujarnya.
Sepotong kalimat itu bagai meluluh lantakkan segalanya. Rol film kehidupan yg telah mereka susun selama 28 tahun seketika menggelinding lalu berserakan. Seakan isinya loncat kesana kemari.
Asma hanya mampu memejamkan mata menahan perih. Saat sedikit terbuka, punggung lelaki yang dijuluki Hawari Rasulullah itu semakin menjauh.
Ah bagaimana mungkin Zubair tega melakukannya, manusia pilihan yg masuk daftar top ten. 10 sahabat yg dijamin masuk surga??.
Asma menengadah menatap langit memohon kekuatan. "Ya Allah aku takkan mungkin membencinya..aku mencintai nafasnya, semangatnya, segalanya yg ada padanya. Dia adalah ayah dari kelima anakku"jeritnya.
Teringat bagaimana perjuangannya semasa hijrah dulu. Zubair menggendong bayi pertama mereka, Abdullah Bin Zubair. Bayi yg lahir pertama di tanah harapan tanah cahaya, Madinah. Zubaiŕ penuh gembira membawanya ke hadapan Sang Nabi. Bukan ASI yg pertama kali masuk ke mulut Abdullah tapi...kurma lembut yg telah bercampur air liur Rasulullah SAW yg mulia. Subhanallah.
Mereka adalah pasangan yg amat serasi dalam perjuangan dakwah sejak awal masa2 kenabian hingga berhijrah. Mereka belajar satu sama lain bagaimana menggelorakan cinta pada surgaNya. Mereka patner kerja yg saling melengkapi. Medan Yarmuk jadi saksi bagaimana Asma juga sosok pemberani. Ya..Zubair, lelaki surga yg tak pernah absen dalam peperangan bersama Rasul dan Asma, wanita yg mendapat julukan pemilik dua ikat pinggang surga.
Asma menangis tapi ia harus berjiwa besar. Mungkin Zubair telah berjiwa besar pula utk memutuskan, mungkin Zubair tak ingin terus menzaliminya karena kecemburuan itu. Kecemburuan Asma pada istri baru Zubair, Atikah Binti Zaid, janda mendiang Khalifah Umar Bin Khattab r.a.
Atikah. Sosok wanita yg kecantikannya mempesona semua mata. Termasuk mata Zubair yg telah menjadi suaminya hingga membuat laki2 itu selalu terpikat dan ingin terus menerus melindunginya. Bahkan saat Atikah hendak ke Masjid Nabawi pun selalu membuntutinya diam2 karena Zubair memang dikenal pencemburu.
Sementara Asma tak pernah merasa diperlakukan seistimewa itu. Zubair tak sekalipun mengkhawatirkannya, karena ia memang sosok percaya diri dan pemberani. Zubair terbiasa yakin dg Asma yg mampu mengatasi segala masalah krn dia perempuan cerdas.
Dan tatapan mata Zubair kepada Atikah adalah tatapan mata seorang yg kasmaran setiap saat. Berbeda jika Zubair memandangnya. Asma teringat saat Zubair dulu meminangnya, "aku ingin menjawab suara hatimu yg kau tampakkan lewat matamu penuh harap sebelum aku berangkat hijrah ke Habasyah".
Mungkinkah Zubair menikahinya hanya karena ingin menyenangkannya saja? Mungkin, tapi apakah itu salah?. Waktu jualah yg membuktikan bahwa mereka sanggup berjalan bersama.
Asma sangat tahu siapa Atikah. Wanita berparas jelita yg pandai merangkai kata bak pujangga itu dulu iparnya karena ia istri dari Abdullah Bin Abu Bakar, kakaknya. Saat mereka baru jadi pengantin, Abdullah lupa segalanya. Shalat di masjid sering telat, perniagaan pun terbengkalai, bahkan gelora jihad nyaris surut.
"Atikah adalah wanita yang segala perilakunya membuatku tergila2 akan cinta. Ia pintar menyanjungku dan candanya membuatku bahagia." Ujar Abdullah.
Lalu sang ayah, Abu Bakar r.a pun marah dan menyuruh Abdullah menceraikannya karena Abdullah dianggap lalai. Abdullah menurut tapi sejak itu hidupnya terasa hampa dan kehilangan semangat. Ia jatuh sakit. Mereka pun rujuk kembali karena rasa kasihan Abu Bakar.
Saking cintanya, Abdullah berwasiat jika ia meninggal Atikah tak boleh menikah lagi. Atikah hampir mengiyakan kalau saja tdk diingatkan bahwa dilarang mengharamkan sesuatu yg dihalalkan Allah. Lalu Abdullah gugur di medan Thaif. Dan bagi seorang Atikah tak harus menunggu waktu lama utk dipinang kembali. Bahkan masa iddahnya pun sudah ada yg menanti.
"Wahai Zubair suamiku, cinta macam apakah yg kau berikan untukku?. Engkau memberikan segalanya, cita2 dan semangat perjuangan menuju ridhaNya tapi tidak romantisme yg menggelora seperti yg kau berikan untuk Atikah?. Aku cemburu...betul2 cemburu."
Zubair tak mampu menjawab dan enggan menerangkannya hingga talak itu jatuh ke tangan Asma. Wallahu 'alam.
Tapi begitulah Asma sosok kuat yang tahan banting. Ia tak larut dalam gundah gulana. Ia labuhkan masalahnya hanya kepada Allah saja karena memang hanya kepada Dia lah manusia wajib bergantung bukan kepada manusia laki2.
Karena ia bisa saja pergi baik terpaksa maupun sesuka hati.
Asma memutuskan tak menikah lagi karena ia tetap berharap Zubair adalah suaminya di surga. Mereka akan dikumpulkan kembali tentunya dengan cerita dan perasaan yg berbeda. Tak ada benci apalagi cemburu. Yang ada adalah bahagia tanpa limit kuota.
Teringat Asma akan pesan mendiang ayahanda.
"Wahai anakku, sabarlah! Sesungguhnya apabila seorang istri bersuami seorang yang saleh, kemudian suaminya meninggal dunia, sedang isterinya tidak menikah lagi, maka keduanya akan berkumpul di surga."
"Wanita mana pun yang ditinggal mati suaminya, kemudian si wanita menikah lagi, maka dia menjadi istri bagi suaminya yang terakhir." (HR Thabrani).
Asma tetap melanjutkan hidupnya dan fokus bersama ke-5 putranya hingga mengantar mereka menjadi pribadi sukses. Abdullah Bin Zubair adalah salah seorang khalifah. Usia Asma nyaris 100 th saat wafat dgn giginya tak satupun yg tanggal. Ia muhajirah (orang yg hijrah ke Madinah) terakhir yg menutup mata.
Adapun Atikah mendampingi Zubair hingga menemui syahidnya. Namanya tercatat dalam buku 35 shahabiyah karya Syaikh Mahmud Al Mishri. Ia dikenal sebagai istri para syuhada. Siapa yg ingin syahid, nikahilah Atikah, begitu kira2. Sepeninggal Zubair ia dilamar Ali Bin Abi Thalib r.a tapi ia mengajukan syarat agar Ali tak lagi berperang karena trauma namun Ali menolak. Hingga kemudian Hussein Bin Ali menikahinya meski usia mereka terpaut jauh. Atikah menikah untuk yang keempat kalinya. Dan apa hendak dikata Hussein pun akhirnya syahid di Karbala. Ia adalah suami terakhir Atikah.

*****
Ujung Maret 2018
Cerita akhir pekan
Ditulis dari berbagai sumber ramuan 😁
Saya tak membayangkan seandainya Asma, Zubair dan Atikah hidup di jaman ini di Indonesia. Mungkin beritanya nongol sabar hari di timeline dg beragam versi media. Karena apa?...ya karena ada unsur cerita poligami yg selalu ramai dan heboh jika dibincangkan di sini.
Asma akan dielu2kan...Zubair bin Awwam bisa jadi dibully sebagai lelaki begitu begini...apalagi Atikah binti Zaid bakalan habis riwayatnya karena dikata2i sebagai wanita tak tahu diri. Perebut suami orang..atau entah apalagi sesuai pikiran masing2.
Tapi mereka ditakdirkan hidup dimana poligami bukan sesuatu yg aneh bahkan sangat terbiasa. Saat menikahi Asma, Zubair juga sudah memiliki istri dan punya anak. Asma harus rela berbagi.
Namun memang benar, sebiasa2nya poligami tetap saja akan ada rasa 'persaingan dan kecemburuan' jika ada sikap2 yg dibedakan. Karena kata orang rival terbesar bagi perempuan bukan laki2 tapi sesamanya sendiri..😁. Ya sesama perempuan, sampai kapanpun akan ada unsur persaingan dan membandingkan.
Namun hebatnya di jaman para sahabat Nabi, cinta antar manusia hanya penggalan episode di dunia karena bagi mereka cinta sebenarnya adalah untuk kehidupan abadi kelak. Nama Zubair Bin Awwam tetaplah harum berwibawa sebagai 10 lelaki yg dijamin masuk surga. Prestasinya yg luar biasa sebagai sahabat Nabi dan pejuang menorehkan wangi abadi sepanjang masa.
Jangan dibandingkan, bahkan jauh dibandingkan poligami di sini dengan di sana. Siapa kita siapa mereka?, apa prestasi kita apa prestasi mereka?.
Jangan salahkan masyarakat yg membincangkan dg berbagai pendapat karena kultur sosial kita memang belum membiasakan. Ditambah kualitas iman kita juga masih 'pas pasan'.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan Ingin Minta Apa di Surga?

Cara Ngetes Sifat Rendah Hati

Honoris Causa dari Al Azhar