Suami dan Jenuhnya Istri


Semalam di 100 hari meninggalnya Ibu. Saya mencoba meresapi satu kenangan dari sekian rangkaian kisah masa silam.
Semasa saya kecil, ibu yg lulusan SMEA suatu hari diajak temannya utk bekerja di kantor asuransi.
Bapak tak merestui karena punya alasan tertentu. Di kemudian hari saya berkesimpulan Bapak adalah seorang suami bijak. Beliau memang tak mengijinkan ibu bekerja akan tetapi memberikan ruang buat ibu untuk memperbaharui dirinya, kesukaannya, ya jiwanya agar fresh.
Ibu yg saya ingat lalu mengikuti beberapa kursus mulai dari kursus masak, kursus bikin kue/roti sampai kursus rias pengantin Jawa yg bersertifikat.
Bapak sepertinya tahu istri yg bergelut terus menerus dg tetek bengek pekerjaan rumah tangga apalagi tanpa asisten, sementara ia punya hobby dan minat yg terpaksa harus ditepikan krn tertimpa waktunya utk urusan RT pasti akan jenuh, dan rasa jenuh bisa berdampak pada emosi yg tak stabil yg mempengaruhi pada perlakuan ibu ke anak. Ya ke anak...bukan ke bapak 😊
Saya bisa menandai kapan ibu saya sedang jenuh kapan beliau bahagia sebagai sesuatu yg manusiawi tp itu saya sadari setelah sy menjadi ibu juga.
Itu pelajaran penting yg bisa sy petik tentang perlunya refreshment bagi seorang ibu.
Upaya kedua.
Cukupkah mengalihkan jenuh?. Tidak. Ibu saya begitu ingin mengimbangi Bapak yg seorang kepala sekolah sekemampuannya. Ibu sangat yakin bahwa karier suami sebagai kepsek di lingkungan dinas pendidikan juga dipengaruhi oleh peran dan sepak terjang istri.
Bapak pun memberi support atas kiprah ibu di Dharma Wanita. Ya ampun, punten2 saja. Ini dulu.. duluuu banget yak! sy suka nggremeng dlm hati bahwa ibu2 DW itu cuman penggembira, nebeng nama dan 'ketenaran' suami, maaf dan sapurane ya...namanya juga kagak ngerti. Itu dulu kok, bagi temen2 saya yg aktif di DW ojo nesu ya 🤗
Ketika saya buka2 buku agenda peninggalan ibu di lemari kecilnya, beberapa hari setelah beliau meninggal, catatan tangannya begitu rapi. Saya baru tahu ibu dulu duduk di bagian dana usaha. Notulen2 rapatnya msh tersisa. Program ini program itu. Gak kalah sama anak aktivis OSIS...dari rapat ke rapat.
Karuan saja meski aslinya IRT namun pergaulan ibu saya cukup luas. Beliau tak sekedar tahu nama2 kepsek di lingkungan dinas pddkan tapi juga isu2 yg berkembang di seputar itu.
Satu lagi.
Bapak begitu 'mendukung' ibu untuk percaya diri. Bukan ngajarin ini dan itu tapi membiarkan alias minus kritik apa yg ibu upayakan utk meng 'up grade' dirinya selama itu wajar. Tak pernah saya dengar Bapak menyalahkan kekurangan2 Ibu di depan kami anak2nya. Walaupun itu mungkin bisa saja dilakukan.
Jadi, kalo istri2 pejabat atau kepala bidang apa pun biasanya ogah jika disuruh maju ke depan podium memberikan kata sambutan maka tidak dg ibu saya. Beliau justru menyambut dg suka hati. Dan lewat buku agendanya lagi2 saya tahu bagaimana ibu menyiapkan naskah 'pidato'nya dg rapi dan seksama. Mulai dari salam pembuka, isi hingga penutup dicatatnya lengkap.
Begitulah.
Jenuh memang manusiawi. Ia lebih dari sekedar bosan. Kondisi yg sering dicirikan dg doyan mengeluh dan dikhawatirkan bisa bikin depresi. Bisa nambah tumpukan kisah desperate housewives 😭 .
Dan sedihnya kadang2 ada jenuhnya istri yg tak dipahami suami.
Seorang suami bisa saja merasa bangga bahwa ia sudah mampu memenuhi segala kebutuhan istri. Namun yg sering dilupakan bahwa istri memiliki kemauan individu sendiri yg khas.
Meski tak tersurat, kadang2 istri layaknya suami ingin menjadi pribadi yg diakui eksistensinya, ingin berbuat lebih, ingin berusaha membanggakan suami dan anak2nya di muka umum, dan sebagainya dan sebagainya.
Jadi kalau jaman now apa saja dan ada saja yg diupload emak2 di sosial media banyak tafsiran di sana. Biarin saja, tak usah menguliti niatnya itu bukan wilayah pemirsa. Kalau baik2, tetap bertanggung jawab dan menurutnya bermanfaat tak masalah. Ra po po...yekaaan.
Tulisan ini tak semata terinspirasi oleh sosok bapak ibu saya, namun karena bbrapa hari yg lalu saya mendengar percakapan bbrapa orang bapak2 di belakang saya yg berisik banget di kereta🚉😁
Jadi..kalo anda pengguna KRL jabotabek khususnya bogor-jkt ada gerbong2 tertentu yg semacam basecamp para pekerja di lingkungan sama yg mereka akrab satu sama lain. Sahut2an. Kadang bener yg diomongin kadang miring2 juga dan sedikit nyleneh. Pengen tutup kuping percuma saja, telen dalam hati dah.😷
Obrolannya loncat2 dari tema satu ke tema lain disisipin lagu2 dangdut acapella mulai dari Oma Irama sampai Ona Sutra..(gak tau Ona Sutra? googling pliz..).
Sy suka menyebut bahwa diri saya lagi 'nyasar' jika masuk gerbong ini saking brisiknya, biasanya karena pas sampe stasiun pas kereta datang jadilah lari2 dan masuk pintu mana aja ala kadarnya yg penting badan saya nyangkut dan keangkut.
Tadinya mereka lagi ngobrolin ikan piaraan di rumah masing2 ada mas koki, cupang dst, tiba2 entah apa kisah beralih ke cerita istri2 masing di rumah. Salah satunya bagaimana mereka mau kok ikut beberes rumah. Dan ini penggalan yg menarik buat saya.
"Eh, gue tuh ya..kalo sabtu minggu turun ke dapur, dan beberes rumah. Pokoknya gantiin bini gue. Kalo gue lagi masak di dapur ye, gue biarin tuh bini gue ngadem di kamar."
"Ngapain?"tanya yg lain
"Biarin deh bini gue anteng di kamar baca2 novel."jawabnya.
Asli, saya nyengir denger baca novel secara sy baca novelnya banyak di KRL juga. Boljug nih si Bapak...emang banyak cara kan buat suami untuk mengalihkan kejenuhan istri? 😀😉
Saya tutup deh tulisan campur2 ini yg sy ramu di atas kereta Tegal Ekspress bertarif 50 rb ini dg pesan Rasulullah SAW, bahwa jemu atau jenuh itu sifat manusia, maka harus cepat2 dialihkan sesuai sunahnya.
"Sesungguhnya setiap amal itu mempunyai puncak semangat, dan setiap semangat memiliki titik jemu (lesu). Maka barangsiapa kelesuannya tetap dalam sunnahku berarti ia telah mendapat petunjuk (dari Allah), dan barangsiapa kelesuannya tidak dalam sunnahku berarti ia celaka.
(HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, Ahmad dalam Musnadnya, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, At-Thabarani dan Abu Nu’aim).

Antara Tegal-Jakarta
11032018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan Ingin Minta Apa di Surga?

Cara Ngetes Sifat Rendah Hati

Honoris Causa dari Al Azhar