Bahasa Persuasif
"Apa yg ada di tangan kananmu, wahai Musa?" (QS: 20: 17)
"Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain." (QS: 20: 18)
"Lemparkanlah dia, wahai Musa.." (QS: 20:19)
Musa melempar tongkatnya lalu tiba2 ia berubah menjadi ular yg merayap cepat.
Allah berfirman, "peganglah ia, dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya pada keadaan semula" (QS: 20: 21)
****
Bahasa Allah kepada Nabi Musa AS, adalah bahasa persuasif. Bahasa yang mengajak untuk dekat dan nyaman. Selalu meletakkan nama panggilan di belakang kalimat, bukan di depan kalimat.
Coba bandingkan jika Allah menyapa Musa dengan kalimat berikut:
"Musa, apa yg ada di tangan kananmu?"
"Musa, lemparkan tongkatmu!"
"Musa, apa yg ada di tangan kananmu?"
"Musa, lemparkan tongkatmu!"
Bisa2 Musa makin dibuat tak mampu berkata2. Tapi lihatlah
Mendengar sapaan dari Allah, Musa berangsur reda ketakutannya. Ia gemetar tapi rindu bicara, mendadak ingin bercengkerama lebih lama. Ini kesempatan yg amat...amat langka. Berbicara dengan Tuhannya.
Mendengar sapaan dari Allah, Musa berangsur reda ketakutannya. Ia gemetar tapi rindu bicara, mendadak ingin bercengkerama lebih lama. Ini kesempatan yg amat...amat langka. Berbicara dengan Tuhannya.
Ya..saking ingin terbuka, Musa bercerita tentang kegunaan tongkatnya buat ini, buat itu
😁, padahal apa 'penting'nya diceritakan kepadaNya?, Allah kan cuma nanya "itu apa yg ada di tanganmu?"

Melalui ayat2 ini Allah juga mengajarkan 3 cara untuk menguatkan hambaNya dengan penegasan tapi tetap persuasif.
Kerjakan perintahNya dulu (pegang ular), baru mengatakan jangan takut (menumbuhkan keberanian), dan terakhir meyakinkan bahwa Dia lah yang akan mengurusnya.
Betapa Dia menginginkan para hambaNya untuk senantiasa menyentuh hati dalam bicara dan mengajak ke jalanNya dg cara persuasif. Jauhkan amarah, bergaya diktator, dan terkesan ingin 'menguasai' mimbar.
Bagaimana kita menginginkan orang bersikap hormat, terbuka sesuai dengan keinginan kita jika kita tak membuatnya nyaman dan percaya?. Kira2 begitu.
Kadang2 anak2 kita pun enggan open ke kita karena bahasa yang kita pakai jauh sentuhan persuasif.
Misal ,
"Hanif, tadi ngapain saja di sekolah?". Kalimat ini terkesan interogasi. Biasanya ia malas menjawab atau menjawab dengan ogah2an , "biasa2 aja Mama.. seperti kemarin2"
Beda dengan:
"Apa yg mengesankan dari ekskulmu hari ini, Hanif?"
"Biasa Ma, tapi tadi aku mengalami fenomena mengejutkan,..ada yg minum aqua gelasku sampai habis tapi sampahnya dibiarkan ditaruh di tas raketku...sama sedotannya juga ".
Saya tertawa.
Lalu ceritanya pun akan semakin mengular bagai rel kereta saja. Ia akan terbuka karena jiwanya pun terbuka.
St. Depok Baru
04042018
04042018
Komentar
Posting Komentar