Honoris Causa dari Al Azhar
Taufiq Ismail, budayawa Indonesia bercerita saat acara bedah pemikiran Buya Hamka di Aula YPI Al Azhar Jakarta Kamis kemarin bahwa tokoh Indonesia yg pertama mendapat gelar Doktor Honoris Causa (DHC) dari Universitas Al Azhar, Kairo Mesir (Universitas tertua di dunia) adalah Karim Amrullah (ayah dari Buya Hamka) dr Maninjau berdua dg Abdullah Ahmad dari Padang pada tahun 1926.
Yg ketiga perempuan, yaitu Etek Rahmah (Rahmah El Yunusiah), tokoh pendidikan Islam pendiri Diniyah Putri Padang Panjang pada tahun 1957. Dan ke-4 adalah Buya Hamka sendiri pada th 1959.
"Dalam sejarah Al Azhar Kairo, ayah dan anak mendapat gelar DHC baru pertama kali dan itu dari Indonesia" ujar Taufiq Ismail, yg ayahnya (Gaffar Ismail) adalah teman sekelas Buya Hamka sewaktu di Bukittinggi.
Honoris Causa atau gelar kehormatan menurut wikipedia adalah sebuah gelar kesarjanaan yang diberikan oleh suatu perguruan tinggi/universitas yang memenuhi syarat kepada seseorang, tanpa orang tersebut perlu untuk mengikuti dan lulus dari pendidikan yang sesuai untuk mendapatkan gelar kesarjanaannya tersebut.
Gelar Honoris Causa juga dapat diberikan bila seseorang telah dianggap berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia.
Gelar Honoris Causa juga dapat diberikan bila seseorang telah dianggap berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia.
Cerita para penerima DHC dari Al Azhar yg berasal dr tanah Minang ini menarik dan menggugah kembali ingatan sejarah bahwa pendidikan Islam berikut tokohnya di Indonesia sudah harum semerbak namanya hingga ke mancanegara namun sayangnya di dlm negeri sendiri tak terlalu terdengar.
Taufiq melanjutkan, 2 tahun sblm Rahmah El Yunusiah yg juga seorang anggota DPR dari partai Islam Masyumi perwakilan Sumatera Tengah mendpt DHC, Imam Besar Al Azhar berkunjung ke Indonesia. Oleh Moh. Natsir tokoh Masyumi diajaklah ia jalan2 ke Padang Panjang menengok sekolah khusus muslimah yakni Diniyah Putri. Terkagumlah sang Syaikh karena di Al Azhar sendiri tak ada kelas khusus perempuan.
Pejuang perempuan di bidang pendidikan itu akhirnya diundang ke Mesir th 1957 dan mendapat gelar "Syaikhah" atau DHC di sidang senat Al Azhar. Inilah utk pertama kalinya Al Azhar memberikan gelar kehormatan pada seorang perempuan dan itu dari Indonesia!.
Perjuangan Rahmah dlm pendidikan Islam ini juga menginspirasi Al Azhar untuk membuka fakultas khusus perempuan Kulliyatul Lil Banat pada th 1962.
Perjuangan Rahmah dlm pendidikan Islam ini juga menginspirasi Al Azhar untuk membuka fakultas khusus perempuan Kulliyatul Lil Banat pada th 1962.
Wow,...rasanya suatu saat jika saya sempat ke Bukittinggi lagi, bakal mampir dulu ke Padang Panjang dan bikin agenda baru utk mengunjungi Diniyah Putri yg sekarang menjadi ponpes modern khusus putri tsb
😊
😍


Tentang DHCnya Buya, Irfan Hamka dlm bukunya berjudul "AYAH" berkisah bahwa pada tahun 1960, setahun setelah Buya Hamka mendapat DHC dr Al Azhar, Rektor Al Azhar Kairo Syaikh Syaltout datang ke Indonesia atas undangan Presiden Soekarno. Ia berkunjung ke Masjid Agung Kebayoran, tempat aktivitas da'wah Buya sekaligus tempat beliau dikenal sebagai imam besar masjid. Saat itulah Syaikh memberi nama masjid dg nama Al Azhar. Pemberian nama tsb salah satunya karena alasan dakwah di masjid ini ditumbuhsuburkan oleh ulama Indonesia yg mendapat gelar DHC dari Univ. Al Azhar Kairo. Jadi sejarah Masjid Agung Al Azhar mmg tak lepas dari dakwah yg disyiarkan oleh Buya Hamka.
Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wa'fu anhu
Komentar
Posting Komentar